Jurnal Pembelajaran Pelatihan AI IGI Bogor : Mengenal Sabahat Baruku, chatGPT
Mengenal sahabat baruku, chatGPT
Artificial intelligence atau kecerdasan buatan merupakan teknologi pemrograman pada komputer sehingga komputer dapat berpikir sebagaimana manusia dengan cara mengumpulkan data yang biasa digunakan oleh manusia dalam aktifitasnya dalam menggunakan teknologi komputer dan internet. Kecerdasan buatan ini dimanfaatkan oleh Elon Musk dan kawan-kawan untuk mendirikan openAI. OpenAI adalah perusahaan riset yang bertujuan untuk mengembangankan teknologi kecerdasan buatan yang bermanfaat bagi manusia. Salah satu produk kecerdasan buatan yang dihasilkan openAI adalah chatGPT. chatGPT dapat membantu menjawab pertanyaan, memecahkan masalah yang berhubungan dengan berbagai topik, penulisan teks otomatis (artike, laporan, dll), menghasilkan konten kreatif (puisi, dialog dalam skenario film, cerita pendek, dll), dan menyimpulkan teks panjang menjadi ringkasan yang mudah dipahami.
Kemampuan
chatGPT untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah tersebut tentu saja
sangat bermanfaat dalam dunia pendidikan. Oleh karenanya Ikatan Guru Indonesia
(IGI) Bogor menyelenggarakan pelatihan Artificial Inteligence untuk Inovasi
Guru di Sekolah yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Indonnesia (IGI) Bogor.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat s.d Minggu, 27- 29 Januari 2023.
Narasumber workshop yaitu Bapak Dr. Djaja A. Sardjana. Beliau adalah Dewan
Pembina IGI Bogor dan Chief Learning Officer Dataquest Leverage Indonesia.
Pak Djaja,
begitu narasumber kami dipanggil, menyampaikan materi dengan sangat sederhana,
namun bagi saya sangat bermakna. Bermakna karena selain beliau menyampaikan
materi AI, beliau banyak memberikan motivasi saya khususnya dan peserta lainnya
untuk menjadi guru yang diatas rata-rata. Makanya beliau selalu mengingatkan
peserta untuk memegang komitmen untuk menyelesaikan tugas yang sudah diberikan
dengan penuh tanggung jawab. Tidak boleh hanya asal selesai, namun harus
menghasilkan sesuatu yang berbobot. Karena apa yang dilakukan guru tercermin
dari apa yang dilakukan oleh siswa. Jika gurunya biasa-biasa saja maka tak
heran jika hasil belajar siswanya juga biasa-biasa saja. Itulah mengapa beliau selalu
mengingatkan agar kami menjadi guru yang bisa dijadikan teladan oleh siswa.
Tugas yang pertama
peserta dituntut untuk membuat video yang berisikan tentang kesan terhadap AI.
Peserta diperkenankan memberikan kesan positif, negatif ataupun netral
tergantung penilaian masing-masing peserta terhadap teknologi AI. Tugas ini
bagi saya menjadi tantangan tersendiri, karena saya memiliki kekurangan yaitu
tidak percaya diri saat tampil didepan kamera. Apalagi harus bicara dan direkam
dalam bentuk video. Ditambahlah lagi saya dituntut untuk menjelaskan sesuatu
yang baru saya pahami, apa sebenarnya AI itu Sehingga butuh keberanian tersendiri bagi saya
untuk menaklukan rasa tidak pede itu. Tapi justru disitulah pembelajarannya.
Balajar tidak melulu tentang materi, tapi juga mengalahkan rasa takut untuk
tampil. Dan pak Djajapun mengingatkan pentingnya branding/pencitraan diri, dan
hal itu bisa dilakukan dengan adanya video ini yang diupload di media sosial
masing-masing peserta.
Untuk membuat video inipun juga ada pembelajaran lain, yaitu keterampilan membuat video sudah beberapa tahun tidak saya lagi saya gunakan. Makanya ketika diberikan tugas membuat video menuntut saya untuk menggerakkan orang lain untuk membantu saya. Disitu juga ada pembelajaran kolaborasi. Bahwa untuk berhasil kita tidak perlu menjadi superwoman, tapi harus punya superteam. Kebetulan ada anak saya yang sekarang dibangku SMK yang bersedia membantu ibunya.
Ilmu yang saya dapatkan dari pelatihan ini sudah langsung saya bagikan kepada siswa dan guru-guru di sekolah saya. Kebetulan hari senin kemarin, pembina upacara yang bertugas sedang sakit makanya kesempatan itu langsung saya ambil untuk saya manfaatkan untuk mendesimikasikan hasil pelatihan saya. Pesan saya kepada siswa dan guru-guru disekolah, supaya menjadikan chatGPT sebagai sabahat dalam belajar dan mengajar. Jangan jadikan chatGPT sebagai kuli yang hanya untuk diperintah-perintah. Sebaliknya sebagai seorang sahabat, kita harus menyadari kekurangan dari chatGPT sehingga siap untuk mengisi kekurangannya. Caranya yaitu dengan mengoptimalkan otak yang Allah anugerahkan kepada kita untuk berikir dan berkreasi.
Komentar
Posting Komentar