Ke Jogja Ku Kembali
Sabtu pagi ini menjadi istimewa. Istimewa karena aku akan mengajak anak bungsuku menuju kota Jogjakarta. Kota istimewah dihati kami sekeluarga. Perjalanan tanpa rencana ini seolah menjadi bukti bahwa Allah ada. Allah memberi saat kita perlu. Bukan saja saat kita ingin. Tapi Dia justru rencananya lebih hebat. Dengan uang seadanya, dengan niat utk bersilaturahmi dengan keluarga ibu di srandakan, mbantul. Namun justru malah Allah berikan kejutan lain saat mampir di ATM menuju bandara. Niatnya utk menunaikan kewajiban memberikan rizki kepada yang berhak. Karena Allah mengingatkan dalam Al Quran bahwa didalam hartamu ada hak oranglain. Itu saja. Semoga dengan itu, perjalanan ini menjadi lebih berkah. Seakan tidak percaya dengan nominal saldo yang tertera di layar. Karena meyakini bahwa saldo di rekening hanyalah gaji 1 bulan. Cukup untuk ini dan itu, dan sisanya yg pas-pasana. Namun Allah menunjukkan kemahabesarannya, kekayaannya, dan kemurahannya saat ini. Entah doa siapa yg dikabulkan. Semoga yg Allah berikan saat ini tidak menjadikan Allah mengurangi kebaikanNya di akhirat nanti. Jangan ya Allah, karena aku butuh itu sedangkan aku tak yakin dg sempurnanya ibadahku. Terbersit di hati untuk bertanya ke teman adakah uang/tunjangan yg masuk ke rekening kami. Namun aku lebih memilih itu lah cara Allah menunjukkan kuasaNya. Ingin berdua saja dengan Allah.
Gembira, saat waktu boarding tiba, berharap bisa sampai jakarta tepat waktu sehingga tidak tertinggal pesawat ke jogja. Namun hampir sejam kami nunggu di pesawat ada pemberitahuan bahwa mobil yg menarik pesawat ternyata rusak. Sehingga butuh waktu utk perbaikan. Selalu ada rencana Allah dibalik sebuah ujian. Dan pastilah itu indah. Allahu Akbar.
Sesampai di terminal 2 bandara soeta, anakku nyelotek ini terminal utk keluar negeri ya ? Bukan jawabku. Aku lantas menjelaskan bahwa terminal ini dl dipakai utk terminal internasional bbrp tahun yg lalu saat aku berangkat ke korea selatan utk mengikuti attachment program dr direktorat psmk. Ohh, jawab anakku singkat. Aku lantas bilang, mengapa negara memberikan fasilitas mewah utk penerbangan luar negeri, namun setelah ada yg lebih mewah fasilitas itu ditinggalkan dan dialihakan utk penerbangan domestik. Anakku singkat menjawab, karena kita harus menampilkan yg terbaik utk orang luar. Benar juga pikirku, namun dlm hati rasanya aku juga ingin protes seharusnya masyarakat kita juga dihargai dan dimanjakan sebagaimana orang luar. Seolah sudah jadi tradisi bangsa kita, bahwa yang bagus utk orang lain, sedangkan utk orang terdekat cukup seadanya saja.
Seperti saat lebaran itu, utk menjamu tamu dikeluarkan kue terenak dan alat-alat makan terbagus, sedangkan utk peralatan makan sehari-hari digunakan alat makan seadanya saja *)refleksi diri. Sedangkan saat di Korea sana, mereka tidak akan mengeksport gingseng terbaik. Karena gingseng terbaik utk dikonsumsi masyarakat lokal. Itulah kita, ikan terbaik hasil laut indonesia justru dieksport. Sedangkan masyarakat kita mengkonsumsi ikan kelas 2.
YIA begitu sebutannya sekarang. Tidak lagi Sucipto. Sebuah bandara yang megah terletak di pinggir pantai Glagah Kulonprogo. Yang terbayang dl pantai indahnya dan kebun dengan tanaman semangka di sekitarnya. Tapi kini sudah ditumbuhi beton beton raksasa nan kokoh. Pengunjung dan penumpang seolah masuk ke area perbelanjaan dan pameran saat memasuki area bandara.
Tiang-tiang berdiri kokoh seolah menyambut dengan tulisan Sugeng Rawuh yang artinya selamat datang. Suara gending mengalun lembut ditelinga menjadikan rindu menyelubungi hati.
Komentar
Posting Komentar